Selasa, 18 Februari 2014

Pendakian Merbabu (Badai)


Wassslap bero :D
  Saat lihat sebuah foto “padang sabana” jadi keinget merbabu, yang kemaren pada malam taun baru 2014 saya & temen-temen mendaki gunung dengan tinggi 3.142 mdpl tersebut via selo boyolali.
tapi sayangnya kami ga sampai puncak, karena badai yang bisa dibilang ekstrim. Namun ini tetap menjadi perjalanan berharga bagi saya & tim.
Pendakian itu udah dirancang jauh hari sebelumnya, yang kami putuskan pada tanggal 31 desember 2013, di malam tahun baru.
gini ceritanya…


  Hari itu minggu tanggal 29 desember, saat malam kami ngumpul disebuah angkringan “kang lesmono” di tawangsari, sukoharjo. Kami ngobrol soal persiapan buat tanggal 31.
Rencananya tim ini ada 4 orang. Saya, mondo, bang toyib & popo, dimana mondo & popo belum pernah sama sekali naik gunung. Jadi bang toyib sedikit menceritakan pengalamanya di merbabu pada mereka… saya juga sih, heheee belum pernah ke merbabu juga soalnya. Cuma berbekal pengalaman saya di merapi berapa bulan lalu.


  30 desember, jam 17.00 saya & bang toyib pergi ke jogja buat ngambil peralatan, tenda dan lainya yang udah saya booking. Soalnya di area solo semua persewaan piranti outdoor udah pada abis, alhasil kami dapet dijogja. Ga apalah… sambi pit pitan :p

Dan hari yang ditunggu pun tiba, sekitar jam 10.00 pagi bang toyib dateng kerumah, kami mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Setelah dirasa cukup, langsung meluncur kerumah popo, dimana mondo juga udah menunggu disana. Tak lama kemudian sekitar jam 11.00 kami berempat berangkat ke boyolali dengan cuaca mendung. tancaaapppp…..

  Sekitar jam 12.00, kami sudah memasuki kawasan boyolali. biasanya dari sini dua gunung yaitu merapi & merbabu terlihat jelas, tapi hari itu cuaca kurang bersahabat, mendung menyelimuti.
Dan yang benar saja, hujan mulai mengguyur wilayah ini dengan derasnya. Kami putuskan berteduh di sebuah ruko. Kurang lebih setengah jam, hujan mulai reda meski masih rada gerimis. Kami melanjutkan perjalanan lagi…


  Mendekati lokasi, kami mampir di sebuah minimarket buat belanja logistik yang dibutuhkan nantinya. Air, roti, madu, kopi, susu, mie instan dll. :D
Tak lama kemudian kami tiba di tempat tujuan dengan rintik hujan yang masih setia menemani. Sebelum ke basecamp pendakian, kami istirahat sebentar di pinggir jalan depan polsek kalo ga salah.. heheee rada lupa. Disini kami berempat bertemu dengan pendaki asal kota Pati, namanya mas pur. Salut.. dia sendirian datang jauh-jauh pake motor dengan misi yang sama. Josss tenan…


  Setelah sedikit bincang-bincang, perjalanan kami lanjutkan lagi. & mas pur memutuskan gabung dengan tim ini.. mantab. Setibanya di basecamp sekitar jam 14.00 kami registrasi & istirahat buat ngisi perut :p
Cukup lama kami disini berselimut udara dingin, sejuk deh pokoke. Tapi gunungnya ga kelihatan.
Kalo lihat para pendaki yang baru turun, mereka tampak ngos-ngosan & lelah. Juga lihat sepatu mereka yang berlumuran lumpur, jadi kebayang gimana treknya kalo ujan gini.

Nyantai di basecamp
Gapura pendakian

  Sekitar jam 16.15 kami bersiap, berdoa bersama agar semuanya lancar. Kabut mulai berkurang saat kami melewati gapura pintu masuk pendakian. Let’s go..
Trek awal berupa tanah yang cukup landai dikanan kiri adalah hutan lebat, dari basecamp menuju pos-1 kurang lebih memakan waktu satu jam. Sepanjang perjalanan masih terdengar suara sahutan burung, ga tau burung apaan :p

Akhirnya kami tiba di pos-1 (dok malang), break sebentar lah.. minum. Mondo & popo sepertinya menikmati pengalaman baru ini, mereka sangat bersemangat. Tak lama kemudian perjalanan kami lanjutkan lagi.

Break, Pos-1 Dok Malang

  Menuju pos-2, trek sedikit berbeda. Banyak dijumpai pohon yang tumbang, jadi mesti merunduk. kami mulai menyalakan lampu senter karena hari semakin gelap. Suasana terasa mistis, ya iyalah.. tengah hutan gt, nafas mulai ngos-ngosan.. bahu juga rada pegel, tanjakan demi tanjakan kami lewati. Terkadang mesti lewatin jalanan yang sempit, sangat sempit. Dan akhirnya sampai juga di pos bayangan yang tadinya saya pikir ini pos-2, ternyata bukan. Waduuuhhh… break!
Disini kami istirahat sekitar 15 menit, cukup lama juga ya.. hehehee ga papa, kemampuan bro..

kabut mulai turun lagi, disertai rintik hujan. Pendakian malam itu bisa dibilang rame, banyak rombongan dari luar kota juga. Perjalanan kami lanjutkan lagi.. menuju pos-2 yang sebenarnya. Semangat bero….

  Energi yang semakin terkuras, capek ngos-ngosan. Mungkin selain tanjakan, faktor ujan juga kali ya.. jalanan juga sedikit berlumpur. Dengan rintik hujan yang terus membasahi akhirnya sampai juga disebuah tempat yang terdapat papan bertuliskan pos-2 (pandean). Hahaaa… yess
Disini kami istirahat lagi. Perjalanan ke pos-3 (watu tulis), medan semakin berlumpur dan ga terhitung berapa kali kami istirahat.
Sepertinya si mondo mulai kecapean.. dari kami berlima, dia yang paling sering kepeleset & jatoh. Alhasil badan kotor semua. Heheheee.. :p


  Setibanya di pos-3 watu tulis, ternyata udah penuh dengan tenda.. hampir ga ada tempat kosong. Rencana awal sih, kami mau camp di daerah sabana-1. Jadi, kami putuskan melanjutkan perjalanan menuju pos-4 sabana-1.
Disinilah ujian terberat kami, trek dari pos-3 watu tulis ke pos-4 sangat menanjak, kabut, ditambah ujan & juga angin yang lumayan kenceng.. serta medan berlumpur. Huhhh ga kebayang sebelumnya..
Dikanan kiri perjalanan adalah hamparan pohon edelweiss, dan disana terdapat sebuah batu memoriam, pendaki asal Surabaya yang mengalami kecelakaan di tahun 1997. Jatuh bangun kami coba melewati tanjakan tersebut, hingga sampai disebuah tempat yang lumayan datar. Karena badai semakin besar, kami putuskan camp ditempat ini. Tim udah pada kelelahan, sangat beresiko bila kami melanjutkan perjalanan, mengingat si mondo juga udah angkat tangan. Dia kedinginan hebat & meracau ga karuan. Saya, toyib & popo segera mendirikan tenda, sedangkan mas pur nyari tempat lain. Berulang kali tenda kami rubuh karena angin.. dengan susah payah akhirnya tenda berdiri. Mondo & popo langsung kami suruh masuk duluan, sedangkan saya & toyib masih sibuk diluar mengencangkan tenda. Ga tahu deh mas pur dapet tempat dimana. Tak lama berselang kami juga masuk ke tenda.
Mondo masih kedinginan, dia juga ga bawa baju cadangan. Akhirnya dia pake SB’nya toyib, jadi mendingan.


  Badai telah berlalu & jam menunjukan 23.00. Sungguh pemandangan yang menakjubkan saat saya melihat keluar tenda, gemerlap lampu kota beserta kembang api yang terlihat dimana-mana menghiasi malam pergantian tahun. Seakan alam memberikan kesempatan bagi kami untuk menikmatinya, karena cuaca kembali cerah. Namun kami segera menghangatkan badan & istirahat, malam itu sungguh sangat dingin.


  Keesokan harinya tanggal 1 januari.. badai kembali datang, yang mengharuskan kami menghabiskan waktu ditenda, karena ga memungkinkan lagi untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 07.00, mas pur mendatangi kami.. dia pamit mo kepuncak sendirian, “do wani muncak ora ki ?.. nek ora, aku tak munggah dewe, tapi mengko nek mudun bareng ya. Aku dienteni” katanya..
“Oke mas, ati-ati..”
.. jawab si popo. & akhirnya dia berangkat ke puncak.. bener-bener hebat dia. Aktivitas kami lakukan ditenda, ngobrol, makan, ampe foto dsb. Karena badai masih berlanjut. Ditempat itu ada sekitar 6-7 tenda, termasuk kami.. jadi lumayan rame juga, komunikasi dengan tetangga sebelah kami lakukan dengan bertiak.. hahaaa gayeng pokoke :D


  Sekitar jam 10.00 lebih, mas pur udah turun dari puncak & berkumpul bersama kami di tenda. Kita putuskan jam 12.00 turun ke basecamp. Setelah semua berkemas & tenda dilipat, kami pun mulai turun. Suasana masih sama, kabut, hujan & angin. Ternyata trek turun lebih sulit, karena jalanan makin licin & berlumpur, ekstra hati-hati deh pokoknya. Jatuh bangun, terpeleset, ampe seluncuran dan akhirnya kami sampai pos-3 watu tulis. Disana sangat kotor, penuh plastik & botol bekas. “kenapa mereka ga bawa turun sampah yang mereka buat ?” ini membuat kami & rombongan lain membawa sampah yang ada sebisanya. Terutama sampah plastik. Ya.. itung itung jadi pemulung digunung :p

Popo

  Canda tawa menemani perjalanan turun, tak jarang saling sapa antar pendaki, apalagi kalau ada pendaki cewek.. behh, maklum pada jomblo.

Saat mo sampai di pos-1 kami break agak lama buat ngisi perut,  Cuaca sudah mendingan meski masih sedikit mendung. Saat perkampungan warga mulai terlihat, tak henti-hentinya kami teriakan “Basecamp….basecamp…..baseeecamppp” yang membuat kami gak sabar sampai disana. Dan alhamdulillah, sampai juga di bawah.

Mas Pur

Basecaaaamp....

  Rentengan botol plastik yang dibawa, kami berikan pada ibu-ibu yang ngumpulin sampah plastik dibawah. Dijual ke tempat rosok katanya.
Kami mulai cari air buat cuci muka, dari sini kami berpisah dengan mas pur si superhero asal pati. Dan melanjutkan perjalanan pulang kerumah masing-masing.


 
Mondo



Bakar sampah



  Mungkin kali ini kami ga sampai puncak, tapi suatu saat nanti... di lain kesempatan, semoga bisa merasakanya, 3.142Mdpl. Salam Lestari